Stunting Dan Dampak Kehidupannya Kedepan
|
Brebes kualitasnews.com,- Mungkin banyak orang yang tidak menyadari bahwa Balita dengan panjang badan rendah berdasarkan umurnya (Stunting) mempunyai dampak serius pada kehidupan anak tersebut dimasa mendatang.
Prof. Hamam Hadi Guru Ilmu Kedokteran Universitas gajah Mada (UGM)pada penyampaiannya pada peserta Orientaasi Jurnalis Startegi Komunikasi Mengatasi Masalah Kesehatan Ibu dan anak di Hotel Karlita Tegal yang berlangsung dari Senin 2 Sepetember – 4 Sepetember 2013 mengatakan bahwa konsekuensi dari Stunting adalah kesakitan dan kematian anak meningkat, kemampuan kognitif dan kualitas akadfemik mneurun, produktifitas menurun, resiko kegemukan lebih besar dimasa dewasa dan rentan terjangkit penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung dan pembuluh darah, kanker dan stroke.
Stunting dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor keturunan dan keadaan lingkungan. Menurutnya dari kedua faktor tersebut faktor yang punya pengaruh besar terjadinya stunting adalah faktor lingkungan karena faktor lingkungan mempunyai pengaruh sekitar 90 persen sedangkan keturunan atau faktor gen hanya memepengaruhi sekitar 10 persen.
Sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Worl Healt Organization (WHO) pada dasarnya setiap anak mempunyai kemampuan yang sama untuk bisa tumbuh, jadi pada dasarnya semua anak di dunia mempunyai kemampuan yang sama untuk tumbuh tinggi, tinggal bagaimana lingkungan itu mempengaruhinya untuk bisa tumbuh tinggi.
Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh banyak adalah rendahnya kesadaran masayarakat untuk bisa memberikan Gizi yang cukup pada anak di 1000 hari pertama kehidupan, asupan gizi yang cukup pada masa-masa 1000 hari pertama kehidupan adalah suatu yang sangat penting yang bisa menyebabkan anak itu stunting atau tidak. Jika asuapan gizi pada masa tersebut tidak cukup maka kemungkinan anak bisa tumbuh stunting dan jika di masa-masa tersebut auspan gizi cukup maka kemungkinan besar stunting pada anak bisa ditanggulangi.
Besarnya pengaruh stunting pada kehidupan anak-anak dimasa mendatang membuat stunting sebagai isu pokok gerakan Scalling Up Nutrition (SUN). Gerakan SUN merupakan upaya global dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, in terjadi dari respon negara-negara di dunia terhadap kondisi status gizi di sebagian besar negara berkembang dan akibat kemajuan yang tidak merata ddalam mencapai pembangunan milenium / MDGs.
Adapun tujuan SUN adalah penanganan gizi sejak 1000hari pertama kehidupan, mendudkung perbaikan gizi dan menjaring keiukutsertaan yang lebih luas dari berbagai steak holder baik dalam tanggungjawab pelaksanaan maupun pencapaian sasaran.
Sasaran SUN sendiri adalah adalah Ibu hamil dengan indiktaor menurunkan proporsi Ibu usia subur yang menderita anemia, Ibu mnyusui dengan indikator meningkatkan prosentase Ibu yang memebrikan ASI ekslusif selama 6 bulan, anak usia 0-23 bulan dengan indiktaor menurunkan proporsi anak balita yang menderita kurus (wasting),menurunkan anak yang lahir dengan berat badan rendah (BBLR),tidak ada proporsi anak yang mengalami kenaikan gizi lebih dan menurunkan proporsin anak balita yang stunting.
Indonesia sendiri merupakan urutan ke 5 di ASEAN dengan jumlah stunting mencapai 37% dibanging negara-negara ASEAN lainnya. Maka stunting di Indonesia sudah merupakan masalah yang serius yang harus ditangani. Karena jika stunting tidak segera ditangani, maka Indonesia terancam terjadi siklus gagal tumbuh antar generasi , dimana generasi pada masa itu secara kuantitas dan kualitas sangat rendah.
Dan ini merupakan tanggung jawab semua steak holder, baik pemerintahan, swasta, lembaga non goverment, masyarakat dan terutama para rekan media untuk bisa memberikan kesadaran betapa pentingnya kesehatan baik masa sekarang ataupun masa mendatang. Jika kesadaran akan pola hidup sehat pad a masyarakat sudah tercipta maka angka Stunting di Indonesia bisa kita tekan semaksimal mungkin. (johan)