Puluhan Warga Tolak Penggusuran Rumah Dipinggir Bantaran Sungai
|Brebes,Kualitasnews.com- Pasca kunjungan kerja Camat Bulakamba bersama Satpol PP, Aparat Kepolisian dan Danramil (Kamis 19/8/2018) pekan lalu, ratusan warga Desa Cimohong, Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, Jawa Tengah merasakan ketakutan dan kecemasan yang mendalam.
Pasalnya, dalam kunjungan tersebut, pihak pemerintah selain meninjau lokasi dan mendata sekitar 75 rumah warga yang berdiri di sepanjang pinggiran bantaran sungai Babakan (kali gogo) Desa Cimohong, juga pada 15 Desember 2018 nanti bangunan rumah warga tersebut akan digusur.
Hal itu terungkap saat puluhan warga setempat melakukan aksi demo mendadak dengan membentangkan spanduk bertuliskan -Kami Aliansi Masyarakat Menolak Rencana Penggusuran. Kami Manusia Bukan Binatang #Cimohong Melawan- di Desa Cimohong. Selasa, (30/10/2018
Saat aksi demo berlangsung, Tumriah salah satu warga yang menangis dan menjerit-jerit karena ketakutan bangunan rumahnya akan digusur, mengatakan bahwa dirinya tidak tahu harus pindah kemana.
“Rencananya pada 15 Desember 2018 rumah kami akan digusur. Tidak tahu, kami harus pindah kemana. Entah bagaimana dengan nasib anak cucu kami yang masih kecil-kecil. Apa lagi yang namanya manusia, hewan saja butuh makan dan tidur. Sedangkan kami tidak punya apa-apa, hanya mengandalkan tubuh ini saja,” ucap Tumriah yang kakinya mengalami kelumpuhan.
Dirinya mengaku sudah puluhan tahun menghuni rumah dipinggiran bantaran sungai babakan, dan itu pun terpaksa dilakukan karena hidupnya ditimpa kemlaratan.
“Kalau nantinya digusur, mungkin anak cucu kami dengan sangat terpaksa akan tinggal di kolong jembatan,” keluh Tumriah yang akrab disapa Situm.
Sekitar 25 tahun lalu, mereka menghuni rumah pinggiran bantaran sungai babakan ini sudah turun temurun. Dan meskipun mereka tergolong warga miskin yang hanya bekerja sebagai buruh tani, namun mereka rela membayar pajak kepada oknum mantri pengairan.
“Saya kan menghuni rumah ini ada pajaknya, setiap tahun dimintai pajak mulai dari 20ribu hingga 80 ribu oleh oknum mantri pengairan,” ungkap Ranyoh (56).
Adapun warga yang terpaksa harus membongkar rumahnya sendiri. Hal itu dilakukan karena dirinya mengaku kecewa dengan kebijakan Kepala Desa Cimohong.
“Katanya, kami disuruh cari tempat sendiri-sendiri, sedangkan kami mengotrak rumah saja tidak punya uang (tidak mampu). Kami rakyat miskin sengsara mau dibuang kemana?, Boro-boro mikirin harus sewa tempat tinggal, anak banyak, hutangnya juga banyak,” kata Tarna.
Namun, Kepala Desa Cimohong, Sodikin membantah pengakuan dari warga tersebut. Sodikin mengatakan bahwa pihaknya akan mengupayakan relokasi untuk warganya yang nantinya terdampak penggusuran, khususnya untuk warga miskin.
“Ada tanah Desa Cimohong dengan luas sekitar 5250m3, rencananya dari pihak desa akan meminta kepada Bupati agar tanah tersebut bisa dijadikan tempat relokasi untuk warga Miskin,” kata Sodikin.
Salah satu Anggota Komisi III DPRD Brebes, Wamadiharjo yang saat itu juga langsung meninjau lokasi rencana penggusuran disepanjang bantaran Sungai Babakan, mengungkapkan bahwa
pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak PSDA Kabupaten dan Propinsi Jawa Tengah untuk menindaklanjuti terkait aspirasi warga yang akan terdampak penggusuran tersebut.
“Ya harus kita tindaklanjuti bagaimana jalan keluar yang terbaik, intinya peraturan juga ditegakan, masyarakat juga tidak terlantar”, tegas Wamad.
Penggusuran rumah warga Desa Cimohong di sepanjang pinggiran bantaran Sungai Babakan itu rencananya akan dilakukan guna menormalisasikan sungai. (Dedi.A/KN3/BJ).