Zahra Gadis Kecil Yang Tergolek Lemah Di Kursi Roda

Bagikan
Zahra anak pasangan Mundhiroh (30) dan Anwar (36) warga Dukuh pagendengan, desa Songgom kidul, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes yang tergolek lemah di kursi roda
Zahra anak pasangan Mundhiroh (30) dan Anwar (36) warga Dukuh pagendengan, desa Songgom kidul, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes yang tergolek lemah di kursi roda

Brebes kualitasnewss.com,-  Guratan kesedihan nampak sekali pada wajah Mundhiroh yang berusaha menyembunyikan  beban hidup yang ditanggungnya selama ini. Zahra, Gadis kecilnya yang dulu ceria sekarang hanya  bisa terduduk dan tergolek  lemah tanpa daya di atas kursi roda. Senyum keceriaannya kini telah pudar, terengut sebuah kejadian kesalahan yang dilakukan seorang bidan beberapa tahun silam terhadap dirinya.

 

Zahra hanya bisa menjalani harinya tanpa ada senyum ceria yang terulas di wajahnya, tangannya tak bisa menyapa teman, kaki mungilnya tak bisa buat berjalan, tak bisa buat berlari-larian dan tak bisa buat berjingkrak memainkan permainan selayaknya anak seusia dirinya.

 

Tatapan matanya kosong, tapi jelas sekali jika pandangannya seakan menanyakan , “mengapa aku begini, aku ingin berjalan keluar melihat indahnya dunia  di luar sana,  aku ingin dengan kakiku bisa berjalan, aku ingin dengan tanganku bisa menyapa teman-teman” mungkin itulah rasa yang bisa diterjemahkan untuk anak seusia Zahra.

 

 

Antara penyesalan dan harus bersikap lapang dada, hanya itu yang mungkin bisa dilakukan  oleh  Mundhiroh sang ibu,  warga dukuh Pagendengan, Desa Songgom kidul, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes ini hanya berusaha menerima keadaan yang telah menimpa buah hatinya.

 

“ Walaupun berat saya berusaha untuk menerima beban hidup yang menimpa anak saya” jelas Mundhiroh saat kualitasnews.com menyambangi di rumahnya beberapa waktu lalu.

 

Lebih lanjut Mundhiroh menceritakan, sebelumnya  Zahra adalah anak yang terlahir dalam kondisi normal seperti  anak-anak yang lainnya.  Ia  tumbuh sehat , merangkak,menagis, belajar bicara dan sedikit-sedikit ia mulai belajar berdiri. Tapi karena kesalahan yang dilakukan oleh seorang bidan kini zahra harus menganggung derita.

 

Menurut Mundhiroh karena kejadian itu lama ,yaitu sekitar tahun 2004 Ia lupa dengan bidannya, bahkan Mundhiroh juga lupa dengan wajahnya, yang teringat dia adalah setelah anaknya diberi imunisasi oleh bidan dalam posyandu keliling, esoknya anaknya  mulai kejang-kejang

.

“Sungguh lucunya Zahraku pada waktu itu, sebelum kejadian itu menimpanya, gadis kecilku adalah anak yang ceria, tapi sayang keceriaan gadis kecilku telah terenggut oleh kesalahan yang dilakukan seoarng bidan” cerita  Mundhiroh dengan mata berkaca.

 

Lanjut Mundhiroh, setelah mengalami panas dan kejang-kejang, tangan, kaki dan tubuh Zahra  mulai  melemah seakan  tidak memiliki tulang . kemudian  zahra dibawa ke bidan setempat Ibu Hj. Ma’rifah Amd, lalu zahra dirujuk ke Puskesmas Larangan – Brebes (dr. Adi Wiyoko).  Setelah di periksa, dr. Adi Wiyoko zahra  langsung dirujuk ke RSUD Brebes.

 

Di RSUD Brebes Zahra  diarawat selama 11 hari tapi sedikitpun tidak ada perubahan , karena tidak ada perubahan  ahirnya Mundhiroh memindahkan Zahra ke RSUD Slawi, tapi sayang  hasilnya tetap sama.

 

Sejak saat itu kata Mundiroh, Kondisi fisik Zahra  terus mengalami penurunan. Ia tidak bisa berbicara, tangan dan kakinya mengecil, hingga ahirnya  Zahra tidak bisa ber jalan dan hanya bisa duduk dan tergolek lemah di kursi roda.

 

Demi kesembuhan Zahra, Anwar (36) ayah Zahra terpaksa harus  berangkat keluar negeri untuk mencari uang, mengingat pengobatan anaknya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

 

“Saya sedih  bukannya uang yang didapatkan untuk pengobatan Zahra,malah sampe sekarang suami saya  tidak ada kabarnya lagi. Karena ingin anak saya sembuh, saya pun berangkat ke arab juga agar bisa mengobati anakku.  Selama 4 tahun saya di Arab, Zahra dirumah dirawat oleh ibu saya. ” ungkap mundiroh seraya terisak.

 

Kini mundiroh tidak bisa kemana-mana lagi selain menemani dan menghabiskan waktunya merawat zahra, sehingga untuk  makanpun dia hanya mengandalkan upah dari buruh masak.

 

“Inginya saya berangkat keluar negeri lagi agar bisa terus membiayai pengobatan Zahra, walau hasil kerja saya selama 4 tahun kemaren habis dan zahra tidak ada perubahan, saya tidak putus asa, hanya saja  Ibu sudah tua jadi tidak mungkin saya menitipkan zahra ke Ibu dan  Zahra juga sudah semakin besar. Jadi rasanya tidak mungkin untuk meninggalkan Zahra mengingat tidak ada yang menjaga dan merawatnya di rumah” terang Mundhiroh.

 

Agaknya beban hidup yang harus ditanggung  Mundhiroh dan zahra semakin bertambah.  Tidak adanya rumah sebagai tempat tinggal, terpaksa Mundhiroh hanya bisa menumpang di rumah adiknya.  Bukan itu saja, Program Bantuan Langsung Sementara Mandiri (BLSM), yang layaknya Ia dapatkan, tapi sampai saat ini juga Mundhiroh belum pernah menerima.

 

“Mungkin belum rejeki, jadi saya tidak terdaftar pada program bantuan (BLSM) itu” Ucap Mundiroh sambil tersenyum

 

Mundiroh hanya bisa berharap semoga ada pihak yang mau peduli untuk membantu mengobati anaknya. Baik itu pemerintah ataupun yang lainnya.


“ saya ingin anakku sembuh, Saya ingin anakku bisa bebas dari kursi roda. Saya ingin bisa melihat anakku berjalan seperti anak-anak yang lainnya, saya ingin bisa kembalikan keceriaan senyum anakku. jika memang ada dermawan yang berkenan membantu saya, saya sangat berterimakasih sekali . Bila ingin berkunjung dan masih bingung tentang letak tempat tinggalnya, silahkan hubungi nomor 0877 3020 7220” harap Mundhiroh. (Tommy)